KTI Implementasi Etos Kerja
IMPLEMENTASI SURAH AL-JUMU’AH/62:10 UNTUK MENUNJANG SEMANGAT MUDA PRODUKTIF MENUJU INDONESIA SEJAHTERA
Dibuat guna memenuhi syarat kompetisi karya tulis ilmiah
Dewan Eksekutif Mahasiswa IAIN Salatiga
Disusun oleh:
Nama : Ayu Nur Islami
NIM : 23020170047
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
ABSTRAK
Penulisan karya ini bertujuan untuk memaparkan tentang bagaimana
mengimplementasikan surah Al-Jumu’ah/62:10 untuk menunjang semangat jiwa muda
produktif di kalangan para pemuda menuju Indonesia sejahtera. Adapun yang
menjadi latar belakang dari penulisan karya ini adalah banyaknya para pemuda
yang memiliki kemampuan baik secara tenaga, waktu maupun finansial namun tidak
disalurkan kepada hal-hal yang bermanfaat. Para pemuda memiliki banyak tenaga
jika dibandingkan dengan orang tua, namun mereka cenderung menyia-nyiakan
tenaga itu. Para pemuda lebih senang berpetualang kesana-kemari, sekedar
mencari kesenangan tanpa ada banyak hal positif yang didapat. Para pemuda lebih
senang menghabiskan waktunya dengan sibuk menuntaskan level demi level dalam game
online kesukaannya dibandingkan dengan sibuk belajar dan melakukan hal-hal
yang positif. Para pemuda hanya mampu mengandalkan uang saku yang diberikan
oleh orang tuanya tanpa ingin berusaha mencari sendiri atau berusaha melakukan
aktivitas yang menghasilkan uang.
Padahal Indonesia adalah Negara yang lahir dengan adanya semangat
perjuangan dan pembelaan dengan darah
dan air mata, lalu patutkah kita sekarang merayakan kemerdekaan dengan hanya
berleha-leha tanpa sedikit pun memberi kontribusi untuk kemajuan Negara kita?
Semua ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Sejatinya Islam telah mengatur
bagaimana seharusnya kita berbuat dan menjalani kehdupan ini. Untuk dapat
menjadi Negara yang berkembang dan maju, kita harus menjadi bangsa yang kuat
baik secara mental, sikap, maupun finansial demi terwujudnya Indonesia yang
beradab dan sejahtera. Ada banyak ayat Al-Qur’an yang membahas tentang
bagaimana cara kita untuk membangun bangsa ini agar menjadi bangsa yang
produktif dan mampu berusaha hidup sejahtera, di antaranya adalah surah
Al-Jumu’ah/62:10 tentang pentingnya mencari karunia Allah demi memperoleh hidup
yang sejahtera. Untuk itu masalah ini patut dan penting untuk dibahas dalam
rangka mengusahakan terbentuknya karakter semangat muda produktif untuk menuju
Indonesia yang sejahtera.
Kata Kunci: Implementasi, Surah Al-Jumu’ah/62:10, Produktif,
Sejahtera.
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Puji syukur atas kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah
memberikan nikmat, hidayah dan taufiq-Nya sehingga alhamdulillah saya
dapat menyelesaikan karya tulis ini. Shalawat serta salam saya haturkan kepada
baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena dengan
diutusnya beliau kita dapat merasakan indahnya Islam.
Terimakasih juga saya ucapkan kepada bapak ibu dosen yang telah
memberikan banyak ilmu yang bermanfaat kepada saya, terimakasih juga saya
ucapkan kepada teman-teman yang telah membersamai saya untuk sama-sama belajar
dan berbagi ilmu, serta terimakasih juga kepada Dewan Mahasiswa IAIN Salatiga
yang telah menyelenggarakan kompetisi karya tulis ilmiah ini yang dapat
memberikan wadah mahasiswa untuk mengembangkan kemampuannya di bidang kepenulisan, penelitian maupun
penyaluran gagasan. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala membalas kebaikan
kita semua.
Karya tulis ini berjudul “Implementasi Surah Al-Jumu’ah/62:10 untuk
Menunjang Semangat Muda Produktif Menuju Indonesia Sejahtera”. Karya tulis ini
disusun dengan metode kualitatif deskriptif yang menggunakan teori penunjang
dari berbagai sumber literature dan penyebaran angket. Diharapkan karya ini
dapat memberikan sumbangsih terhadap cakrawala keilmuan dan diharapkan dabat
menjadi acuan untuk menerapkan budaya produktif di kalangan para pemuda.
Saya memohon maaf apabila ada banyak kekurangan dalam penulisan
karya ini. Saya berharap kritik dan saran dari semua pihak demi memperbaiki
karya tulis ini.
Penulis
Ayu Nur Islami
BAB I PENDAHULUAN
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA
BAB III HASIL
PENELITIAN
BAB IV PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu ukuran dari berkembang atau majunya sebuah Negara adalah
bagaimana tingkat ekonominya. Tingkat ekonomi dan finansial sebuah Negara dapat
diukur dari banyaknya jumlah warga yang menekuni dunia usaha dan bidang
ekonomi. Maka secara tidak langsung, kita dapat menyimpulkan bahwa jika ingin
menjadi Negara yang berkembang dan maju maka dibutuhkan kesungguhan kita dalam
menekuni bidang pekerjaan atau bagaimana kita bisa menciptakan lowongan
pekerjaan dan pasar bisnis yang sukses.
Dunia adalah ladang untuk kita bercocok tanam mengerjakan amal baik
yang hasilnya kelak akan kita tuai di akhirat. Dunia hendaknya kita jadikan
bekal untuk kehidupan akhirat kita kelak. Namun, syariat juga menganjurkan agar
kita tidak lupa dengan bagian hidup kita di dunia. Kita tidak bisa untuk terus
beribadah tanpa makan, minum, dan hidup dengan keadaan tidak tercukupi.
Walaupun sebenarnya tujuan kita diciptakan adalah untuk beribadah, namun bukan
karena hal itu, kehidupan dunia menjadi terabaikan, tidak karuan dan dianggap
tidak penting.
Allah telah berfirman dalam surah Al-Qashas/28:77, “Dan carilah
(pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu,
tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat
kerusakan.” (Q.S. Al-Qashas/28:77). Ayat ini secara gamblang menjelaskan
kepada kita bahwa kehidupan di dunia itu juga perlu diperhatikan. Dalam tafsir
Al-Muyassar dijelaskan makna yang terkandung dalam ayat ini bahwasannya kita diperintahkan untuk memohon kepada
Allah pahala di kehidupan akhirat terkait harta yang telah diberikan Allah
dengan cara menginfakkannya pada jalan-jalan kebaikan dan jangan lupakan bagian
kehidupan kita seperti makan, minum, pakaian dan kenikmatan-kenikmatan lainnya,
tanpa berlebih-lebihan dan tidak sombong dan hemdaknya memperbaiki hubungan
kita dengan Rabb dan dengan hamba-hamba-Nya sebagaimana Rabb kita Yang Maha
Suci berbuat baik kepada kita. Dan janganlah kita berbuat kerusakan di muka
bumi dengan melakukan kemaksiatan dan meninggalkan ketaatan, sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan di muka bumi dengan perbuatan
tersebut, bahkan Dia justru akan murka.[1]
Maka kehidupan kita di dunia bukan sekedar
melulu pada hal-hal akhirat dan pemenuhan kewajiban kita terhadap Allah. Namun,
Allah juga memerintahkan kita untuk mencari bagian rezeki kita di dunia, yang
dengan rezeki itu sebenarnya juga akan mengantarkan kita untuk mudah dalam
melaksanakan ibadah, bermuamalah dan saling tolong menolong terhadap sesama,
serta hidup di atas kecukupan dan kesenangan yang diperbolehkan. Tentunya kita
tidak ingin hidup di dunia ini dengan hanya bergantung pada doa tanpa adanya
usaha, kita berdoa meminta makanan kepada Allah tetapi kita sendiri masih
berpangku tangan.
Di sisi lain, dengan adanya
ketercukupan materi dan harta yang kita miliki kita lebih mudah untuk
melakuakan banyak kebaikan, kita lebih mudah untuk bersedekah, berbagi dengan
sesama, dan ikut membantu meringankan beban kehidupan orang lain. Maka
Al-Qur’an juga memerintahkan kepada kita agar bertebaran di muka bumi
untuk mencari rezeki dan karunia dari
Allah sebagaiamana firman Allah dalam surah Al-jumu’ah/62:10. “ Apabila
shalat telah dilaksanakan maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah benyak-banyak agar kamu beruntung.” (Q.S.
Al-Jumu’ah/62:10).
Demi keberlangsungan hidup yang
mudah dan sejahtera kita memerlukan upaya diri untuk memiliki sifat semangat
dalam bekerja mencari rizki. Dibutuhkan sifat semangat, ulet, sabar, ikhlas dan
tidak putus asa untuk mencari rezeki Allah. Begitu juga untuk mencapai Negara
yang berkembang dan maju, Indonesia butuh para pemuda yang berjiwa muda
produktif yang dapat ikut andil dalam upaya kesejahteraan Negara. Indonesia
butuh para pemuda yang kuat tenaga, memiliki banyak waktu luang, serta semangat
untuk mengahasilkan pundi kesejahteraan negeri ini. Namun pada kenyataannya,
masih banyak para pemuda kita yang hanya asyik menghabiskan waktunya untuk
bermain dan bersenang-senang kesana kemari, menghabiskan waktunya untuk
menuntaskan level demi level game kesukaaannya, serta hanya dapat
berpangku tangan dan menunggu jatah kiriman dari orang tua tanpa mau berusaha
kerja meghasilkan pundi-pundi rupiah.
Padahal dua dari lima rukun Islam
mengindikasikan kepada kita untuk bersemangat dalam mencari rezeki, yaitu
perintah untuk mengeluarkan zakat dan haji. Zakat dan haji adalah kewajiban
yang membebankan dalam hal harta, yang menuntut kita agar berusaha dan bekerja
demi mendapat rezeki dari Allah sehingga bisa menunaikannya. Agama Islam telah
banyak menjeaskan tentang prosedur bagaimana cara kita untuk berproduktif dan
mencari rezeki Allah. Dengan demikian, penulis menganggap bahwa masalah ini
perlu diperhatikan dan dibahas secara mendalam, bagaimana kita
mengimplementasikan semangat etos kerja dan menunbuhkan jiwa muda produktif
untuk menuju Indonesia sejahtera.
1.
Bagaiamana
kandungan makna dari surah Al-Jumu’ah/62:10?
2.
Bagaiamana
kiat untuk mempunyai jiwa muda yang produktif sesuai dengan anjuran syariat
islam?
3.
Bagaimana
pengaruh kontribusi semangat produktifitas untuk Indonesia yang sejahtera?
1.
Untuk
mengetahui kandungan makna dari surah Al-Jumu’ah/62:10
2.
Untuk
mengetahui kiat untuk mempunyai jiwa muda yang produktif sesuai dengan anjuran
syariat islam
3.
Untuk
mengetahui pengaruh kontribusi semangat produktifitas untuk Indonesia yang
sejahtera
Adapun manfaat dalam penulisan karya ini, antara lain:
1.
Manfaat
Teoritis
Diharapkan karya tulis ini dapat menjadi sumbangsih pemikiran dan bahan
acuan penerapan dalam mengimplementasikan kandungan surah Al-Jumu’ah/62:10
untuk menunjang semangat muda produktif menuju Indonesia sejahtera.
2.
Manfaat
Praktis
a.
Bagi
Peneliti
Diharapkan karya tulis ini bisa dapat menambah khazanah keilmuan,
wawasan, dan pengalaman serta menjadi salah satu rujukan dan pengembangan
penelitian selanjutnya.
b.
Bagi
Institusi dan Lembaga Kampus
Diharapkan karya tulis ini bisa menjadi bahan acuan dan pertimbangan
bagi institusi dan lembaga kampus untuk menerapkan dan mengembangkan penerapan
semangat muda produktif di kalangan mahasiswa untuk membangun Indonesia yang
sejahtera.
c.
Bagi
Mahasiswa
Diharapkan karya tulis ini bisa menjadi media pembelajaran tentang
kiat membangun semangat muda produktif sesuai dengan anjuran syariat Islam.
Dalam karya tulis ini, yang menjadi objek kajian adalah mahasiswa,
baik Mahasiswa IAIN Salatiga maupun beberapa perguruan tinggi lainnya.
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah
membagikan angket kepada mahasiswa dengan menggunakan bantuan media google-form
dan wawancara sederhana via media sosial dengan beberapa mahasiswa.
Peneliti menggunakan bantuan diagram dan tabel untuk menganalisis
data yang diperoleh kemudian disimpulkan secara naratif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Untuk menunjang penelitian implementasi surah
Al-Jumu’ah/62:10, maka penulis menggunakan beberapa kerangka teori sebagai
berikut:
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الأرْضِ وَابْتَغُوا
مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Apabila
shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia
Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung”.
Surah Al-Jumu’ah adalah surah ke-62 dalam Al-Qur'an. Surah ini
tergolong surah Madaniyah yang terdiri atas 11 ayat. Dinamakan Al-Jumu’ah bukan
berarti hari jum’at, akan tetapi
secara bahasa bermakna hari perkumpulan diambil dari perkataan Al-Jumu’ah
(Jama`) yang terdapat pada ayat ke-9 surat ini. Surah Al-Jumu'ah tidak
menjelaskan secara langsung bahwa itu merupakan suatu hari ibadah bagi kaum
laki-laki diadakan di setiap pekan, meski banyak penafsiran aliran islam yang
menerapkan ibadah semacam ini.[2]
Adapun tafsir dari surah Al-Jumu’ah/62:10 ini antara lain:
a.
Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia) : Jika
kalian sudah menyelesaikan salat Jum’at maka menyebarlah kalian di muka bumi
untuk mencari rezeki yang halal dan untuk menuntaskan keperluan-keperluan
kalian. Carilah karunia Allah dengan kerja yang halal dan keuntungan yang
halal. Dan ingatlah kepada Allah saat kalian mencari rezeki yang halal itu
dengan dzikir yang banyak dan jangan sampai mencari rezeki itu menjadikan
kalian lupa terhadap dzikir kepada Allah, agar kalian mendapatkan kemenangan
dengan apa yang kalian inginkan dan selamat dari apa yang kalian hindari.
b.
Hidayatul Insan bi Tafsiril Qur'an / Ustadz Marwan Hadidi
bin Musa, M.Pd.I : Apabila salat wajib telah dilaksanakan di awal waktu dengan
berjamaah di masjid; maka bertebaranlah kamu di bumi, kembali bekerja dan
berbisnis; carilah karunia Allah, rezeki yang halal, berkah, dan melimpah dan
ingatlah Allah banyak-banyak ketika shalat maupun ketika bekerja atau berbisnis
agar kamu beruntung, menjadi pribadi yang seimbang, serta sehat mental dan
fisik.[3]
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa surah Al-Jumu’ah/62:10
adalah ayat yang menyuruh kita untuk memenuhi hak Allah untuk diibadahi
terlebih dahulu. Setelah kita menunaikan hak Allah, maka kita diperintahkan
untuk bertebaran di muka bumi untuk kembali beraktivitas dan mencari karunia
Allah, karena ibadah yang rajin tanpa disertai dengan usaha tidak akan dapat
mendatangkan rezeki Allah, ibaratnya kita hanya mengetuk pintu namun tidak masuk
ke dalamnya, kita hanya meminta rezeki itu didatangkan padahal kita sendiri
tidak mau berusaha. Maka ada dua poin penting dalam ayat ini yaitu tunaikan hak
Allah dan berusaha untuk mencari rezeki, karena kita hidup di dunia juga butuh
kecukupan ekonomi dan finansial yang juga akan mendukung semangat ibadah kita.
Al-Qur’an mendeskripsikan kerja sebagai suatu etika kerja positif
dan negatif. Tidak hanya itu, ayat-ayat tentang kerja terkadang juga dikaitkan dengan
hukuman dan pahala dunia dan akhirat. Pembicaraan itu termuat dalam
perintah-perintah bekerja: ‘amilu (bekerjalah/beramallah), ibtaghu
fadhlillah (carilah karunia Allah), istabiqul khoirot (berlomba-lombalah
dalam kebaikan), shana’a (buatlah), siru fil ardhi (telusurilah
muka bumi), intasyiruu fil ardhi (bertebaranlah di muka bumi).[4]
Terdapat 22
kata ‘amila/mengerjakan (Shofaussamawati, 2014), di antaranya dalam QS. An-Nahl/16:97
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ
مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ
بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barangsiapa mengerjakan amal shaleh, baik
laki-laki maupun perempuan, dalam keadaan beriman, Kami akan memberikan
kepadanya kehidupan yang baik dan balasan kepada mereka dengan pahala yang
lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
Ayat ini
menyatakan dengan tegas bahwa iman memiliki kedudukan yang penting bagi manusia
yang menentukan manusia di sisi Allah, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan
perempuan. Namun, iman saja tidak cukup untuk menjadi tolak ukur kedudukan
manusia di sisi Allah, akan tetapi ada realitas dan implementasi yang harus
dilakukan oleh manusia sebagai wujud nyata dari iman yang dimilikinya, yaitu
mengerjakan amal shaleh. Amal shaleh di sini tidak hanya terbatas pada
ibadah-ibadah ruhaniyah saja, akan tetapi segala sesuatu yang memberi
kemashlahatan dan berdampak baik bagi manusia lainnya juga dinamakan ibadah,
salah satunya adalah mu’amalah. Maka ber-mu’amlah juga merupakan
faktor yang menentukan kedudukan manusia di sisi Allah, tentunya dengan mu’amalah
yang baik, amanah, dan sesuai prinsip syariat Islam.
Berkaitan
dengan mu’amalah seperti
jual-beli, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda
tentang keutamaannya sebagaimana disebutkan dalam hadits:
عَنْ رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ قَالَ: قِيلَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ
الْكَسْبِ أَطْيَبُ؟ قَالَ: «عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ
مَبْرُورٍ
Dari Rafi’ bin Khadij ia berkata, ada yang bertanya kepada
Nabi: ‘Wahai Rasulullah, pekerjaan apa yang paling baik?’. Rasulullah menjawab:
“Pekerjaan yang dilakukan seseorang dengan tangannya dan juga setiap
perdagangan yang mabrur (baik)”.[5]
Demikian
juga hadits berikut ini:
التاجر الصدوق
الأمين مع النبيين والصديقين والشهداء
“Pedagang yang jujur dan terpercaya akan dibangkitkan
bersama para Nabi, orang-orang shiddiq dan para syuhada” (HR. Tirmidzi no.1209)[6]
Kata wa’amiluu (mereka telah mengerjakan) terulang 73
kali, di antaranya dalam QS. al-‘Asr (103).[7]
وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ
الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ(2) إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)
“Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasehati supaya menaati
kebenaran serta saling menasehati supaya menetapi kesabaran”.
Sebelum
menyinggung tentang wa ‘amiluu ayat ini menjelaskan bahwa Allah
bersumpah dengan waktu, maka hal ini berarti kita harus menggunakan waktu kita
dengan sebaik-baiknya, mengisi dengan hal-hal yang bermanfaat dan menjauhkan
diri dari dari hal-hal yang membuang dan menyia-nyiakan waktu seperti bermain game
tanpa batas waktu.
Al-Qur’an
menggunakan term ibtigho’a fadhlillah, ibtigho’a rizq, dan ibtigho’a
‘arodh al- hayat addunya untuk mengungkapkan “mencari rezeki”.
Penggunaannya di dalam Al-Qur’an merupakan motivasi bagi manusia untuk bekerja
mencari rezeki dengan mengeksplorasi sumber daya alam yang telah disediakan.
Terdapat 12 ayat yang menggunakan term ibtigho’a fadhlillah di dalam Al-Qur’an,
yaitu : QS. Al-Baqarah/2:198, Al-Maidah/5:2, An-Nahl/16:14, Al-Isra’/17:12 dan
66, Al-Qashash/28:73, Ar-Ruum/30:23 dan 64, Fathir/35:12, Al-Jatsiah/45:12, Al-
Jumu’ah/62:10 dan Al-Muzzammil/73:20.[8]
Demikianlah
syariat Islam menjelaskan begitu detailnya tentang etos kerja. Maka dari
beberapa ayat dan hadits di atas mengindikasikan bahwa agama Islam bukan hanya
sekedar tentang ibadah yang sifatnya memenuhi hak Allah, akan tetapi juga
menganjurkan kepada kita untuk berusaha mencukupi kebutuhan dan hak tubuh kita,
yaitu dengan semangat dan giat bekerja. Jika bekerja diniatkan sebagai bentuk
ibadah, maka tentunya ini sangat menguntungkan, untung akhirat untung pula
dunia. Kita mengerjakan ibadah dapat pahala dan juga rezeki Allah. Sungguh
indahnya syariat Islam ini.
a.
Waktu
Pagi adalah waktu yang Berkah
Waktu yang berkah adalah waktu yang penuh kebaikan.
Waktu pagi telah dido’akan khusus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
sebagai waktu yang berkah. Dari sahabat Shokhr Al Ghomidiy, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
اللَّهُمَّ بَارِكْ لأُمَّتِى فِى
بُكُورِهَا
“Ya
Allah, berkahilah umatku di waktu paginya.”
Apabila Nabi shallallahu mengirim peleton
pasukan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengirimnya
pada pagi hari. Sahabat Shokhr sendiri adalah seorang pedagang. Dia biasa
membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena hal itu dia menjadi kaya
dan banyak harta. Abu Daud mengatakan bahwa dia adalah Shokhr bin Wada’ah. (HR.
Abu Daud no. 2606)[9]
Demikianlah keutamaan waktu pagi yang telah didoakan
oleh baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, hal ini bukan berarti
menjadikan waktu lainnya terlarang untuk kita beraktivitas atau tidak bernilai,
akan tetapi Rasulullah telah mengkhuskan waktu pagi dengan mendoakan keberkahan
di dalamnya, maka sebagai ummatnya kita seharusnya berusaha untuk melakasanakan
aktivitas dan mencari keberkahan di waktu pagi.
b.
Waktu
Pagi adalah Waktu Semangat untuk Beramal
Dalam Shohih Bukhari terdapat suatu
riwayat dari sahabat Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau
shallallahu’alaihi
wa sallam bersabda,
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ ، وَلَنْ
يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلاَّ غَلَبَهُ ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا
، وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَىْءٍ مِنَ الدُّلْجَةِ
“Sesungguhnya agama itu mudah. Tidak ada
seorangpun yang membebani dirinya di luar kemampuannya kecuali dia akan
dikalahkan. Hendaklah kalian melakukan amal dengan sempurna (tanpa berlebihan
dan menganggap remeh). Jika tidak mampu berbuat yang sempurna (ideal) maka
lakukanlah yang mendekatinya. Perhatikanlah ada pahala di balik amal yang
selalu kontinu. Lakukanlah ibadah (secara kontinu) di waktu pagi dan waktu
setelah matahari tergelincir serta beberapa waktu di akhir malam.” (HR.
Bukhari no. 39)
Yang dimaksud ‘al ghodwah’ dalam
hadits ini adalah perjalanan di awal siang. Al Jauhari mengatakan
bahwa yang dimaksud ‘al ghodwah’ adalah waktu antara shalat
fajar hingga terbitnya matahari. (Lihat Fathul Bari
1/62, Maktabah Syamilah). Inilah tiga waktu yang dikatakan oleh Ibnu Hajar
dalam Fathul Bari sebagai waktu semangat (fit) untuk beramal. Syaikh
Abdurrahmanbin bin Nashir As Sa’di mengatakan bahwa inilah tiga waktu utama
untuk melakukan safar (perjalanan) yaitu perjalanan fisik baik jauh ataupun dekat
juga untuk melakukan perjalanan ukhrowi (untuk melakukan amalan
akhirat). (Lihat Bahjah Qulubil Abror, hal. 67, Maktbah ‘Abdul
Mushowir Muhammad Abdullah)[10]
c.
Waktu
Pagi adalah Waktu yang Dianjurkan untuk Berdzikir
An Nawawi dalam Shohih Muslim membawakan bab dengan
judul ‘Keutamaan
tidak beranjak dari tempat shalat setelah shalat shubuh dan keutamaan masjid’.
Dalam bab tersebut terdapat suatu riwayat dari seorang tabi’in, Simak bin Harb.
Beliau rahimahullah
mengatakan bahwa dia bertanya kepada Jabir bin Samuroh, “Apakah
engkau sering menemani Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam duduk?”
Jabir menjawab, “Iya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya
tidak beranjak dari tempat duduknya setelah shalat shubuh hingga terbit
matahari. Apabila matahari terbit, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam berdiri (meninggalkan tempat shalat). Dulu para sahabat biasa
berbincang-bincang (guyon) mengenai perkara jahiliyah, lalu mereka tertawa.
Sedangkan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya tersenyum saja.”
(HR. Muslim no. 670) An Nawawi mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat anjuran
berdzikir setelah shubuh dan mengontinukan duduk di tempat shalat jika tidak
memiliki udzur (halangan). Al Qadhi mengatakan bahwa inilah sunnah yang biasa
dilakukan oleh sahabat dan para ulama. Mereka biasa memanfaatkan waktu tersebut
untuk berdzikir dan berdo’a hingga terbit matahari.” (Syarh An
Nawawi ‘ala Muslim, 8/29, Maktabah Syamilah)[11]
Kesejahteraan merupakan titik ukur bagi suatu masyarakat bahwa
telah berada pada kondisi sejahtera. Kesejahteraan tersebut dapat diukur dari
kesehatan, keadaan ekonomi, kebahagiaan dan kualitas hidup rakyat (Segel dan
Bruzy, 1998:8). Kesejahteraan ini diwujudkan agar warga negara tersebut dapat
hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi
sosialnya dengan baik, jika masyarakat sejahtera berarti masyarakat tersebut
mengalami kemakmuran. (Widyastuti, 2012).
Menurut Norizan (2003) dan Heathwood (2014), kesejahteraan hidup
terbagi menjadi dua kategori yaitu kesejahteraan hidup objektif dan
kesejahteraan hidup subjektif. Kesejahteraan hidup objektif merangkumi
kebutuhan hidup yang diperoleh dari sisi eksternal seperti pendapatan,
perumahan dan kesehatan sedangkan kesejahteraan subjektif dilihat dari sisi
internal seperti perasaan gembira dan bersyukur karena mempunyai pekerjaan yang
tetap ( Norizon, 2003), Luca (2010) juga menyatakan bahwa kesejahteraan hidup
objektif diukur berdasarkan faktor-faktor yang bisa dilihat seperti pendapatan
dan tabungan sedangkan kesejahteraan hidup subjektif adalah berpedoman
pengalaman secara psikologi. (Sari, 2018).
Suatu negara yang ingin mempercepat pertumbuhan serta perkembangan
ekonomi pada umunya menempuh jalur industrialisasi (Siagian, 2009:87).
Pembangunan industri serta proses industrialisasi menurut Arsyad (2010:442)
merupakan satu jalur kegiatan dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat untuk
menuju taraf hidup yang lebih berkualitas. Industri kecil menengah memegang
peranan penting dalam perekonomian bangsa, serta mampu menyerap tenaga kerja
dalam jumlah yang relatif banyak sehingga dapat mengguranggi angka pengangguran
di Indonesia. (Rachmawati et al., 2013)
Kerja
keras dan tersedianya lapangan pekerjaan sangat mendukung dalam upaya
kesehteraan suatu Negara. Dua hal itu, tidak bisa dipisahkan. Kesejahteraan
Negara didukung oleh semangat bangsa untuk terus berusaha dan bekerja keras,
kita tidak boleh berpangku tangan tanpa melakukan action apapun jika
menginginkan kesuksesan dan kesejahteraan. Sebagaimana firman Allah dalam surah
Ar-Ra’d/13:11
إِنَّ
اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. (QS. Ar-Ra’d/13:11).
Dalam syariat Islam,
orang yang memiliki kelebihan dalam hal harta dan finansial memiliki keutamaan
tersendiri di sisi Allah, diantaranya:
1. Dari ‘Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu
‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Tidak boleh hasad (ghibtoh) kecuali pada dua orang, yaitu orang
yang Allah anugerahkan padanya harta lalu ia infakkan pada jalan kebaikan dan
orang yang Allah beri karunia ilmu (Al Qur’an dan As Sunnah), ia menunaikan dan
mengajarkannya.” (HR. Bukhari no. 73 dan Muslim no. 816)[12]
2. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa
orang-orang fakir dari kalangan Muhajirin datang kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Mereka berkata, “Orang-orang kaya dengan harta selalu
mendapatkan kedudukan tinggi dan nikmat yang terus menerus. Mereka shalat sebagaimana
kami shalat. Mereka berpuasa sebagaimana kami puasa. Mereka memiliki kelebihan
harta sehingga bisa pergi berhaji, berumrah, berjihad serta bershodaqoh.” Beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Maukah kuberitahu pada kalian
jika kalian mau mengamalkannya, maka kalian akan mengejar ketertinggalan dari
orang-orang kaya dan tidak ada yang mendapati setelah itu. Engkau akan
mendapatkan kebaikan lebih dari mereka. Kecuali jika mereka mengamalkan yang
semisal. Amalkanlah tasbih, tahmid, dan takbir masing-masing sebanyak 33 kali.”[13]
Diantara literature pustaka yang digunakan oleh peneliti dalam
menunjang karya tulis ini antara lain:
1.
Jurnal
An-Nida Vol. 6 (2) (2014): 137 – 146 yang berjudul Dakwah Al-Qur’an Terhadap
Semangat Etos Kerja oleh Shofaussamawati.
2.
Economics
Development Analysis Journal yang berjudul Analisis Hubungan Antara Produktivitas Pekerja dan
Tingkat Pendidikan Pekerja Terhadap Kesejahteraan Keluarga Di Jawa Tengah Tahun
2009 oleh Astriani Widyastuti.
3.
Jurnal
Trias Politika, Vol.2 No.2 yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Kesejahteraan Hidup masyarakat Suku Laut Pulau Bertam Kota Batam oleh Meri
Enita Puspita Sari dan Diah Ayu Pratiwi
4.
Jurnal
Administrasi Publik (JAP), Vol. 3, No. 7 yang berjudul Upaya Pemerintah Daerah
dalam Pengembangan Ekonomi Lokal Melalui Pemberdayaan Industri Kecil Menengah (Studi
pada Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar Kabupaten Jombang dan Sentra
Industri Kerajinan Cor Kuningan Desa Mojotrisno Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang)
oleh Ainul Fadilah Rachmawati, Mochammad Saleh Soeaidy dan Romula Adiono.
Dari keempat jurnal di atas, penulis mengambil beberapa ungkapan
atau pernyataan yang sesui dengan topic yang akan dibahas dalam penulisan karya
ini dan jelas pula bahwa penulisan karya ini berbeda dengan keempat jurnal di
atas.
BAB IV
PEMBAHASAN
Sebagaimana yang telah
dikemukakan pada kerangka teori bahwa surah Al-Jumu’ah/62:10 memerintahkan
kepada kita untuk kembali beraktivitas dan bertebaran di muka bumi setelah
menunaikan hak dan ibadah kepada Allah. Maka peneliti mengkorelasikan dengan
jumlah seberapa banyak mahasiswa yang mengimplementasikan kandungan ayat
tersebut dalam bentuk berusaha memulai mencari atau mengisi waktu luang dengan
bekerja. Dari 23 responden yang mengisi form, diperoleh mahasiswa yang sudah
memiliki pekerjaan ada sebanyak 7 mahasiswa, 5 diantaranya adalah mahasiswa
semester 5 dan 2 lainnya masing-masing dari semester 1 dan 3. Hal itu berarti
persentasi mahasiswa yang secara tidak langsung bahwa mereka telah menerapkan
kandungan surah Al-Jumu’ah/62:10 masih pada kisaran 30,4%. Hal ini terhitung
masih sangat minim, 16 mahasiswa lainnya belum memulai usaha mereka untuk ikut
membangun negeri ini menuju Indonesia yang sejahtera dengan cara bekerja. Oleh
karena itu kita harusnya menumbuhkan semangat kerja keras dan produktifitas
kepada para pemuda bangsa ini. Pemuda harus mampu memanfaatkan semangat muda,
tenaga dan waktu luangnya dengan hal-hal yang bermanfaat baik untuk dirinya
sendiri, orang lain, bahkan Negara tercinta Indonesia ini.
Salah satu bagian terpenting dalam hidup adalah waktu dan waktu
tidak akan berarti jika kita hanya menyia-nyiakannya begitu saja. Waktu yang
luang harusnya diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Kita harus
menjadikan setiap detik kehidupan kita berharga di mata manusia maupun Allah.
Dalam penelitian ini diperoleh beberapa kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa
ketika waktu luang atau libur perkuliahan. Diantaranya: jalan-jalan, menggeluti
hobi, membantu orang tua, bekerja di tempat orang lain, nonton film dan tidur,
membaca buku, dan lain-lain. Sebagai generasi millennial yang berpendidikan
kita boleh saja melakukan segala hal asalkan hal yang kita lakukan tersebut
bermanfaat bagi diri kita atau orang lain. Dari form yang disebar, banyak di
antara mahasiswa yang mengisi waktu luangnya dengan membantu orang tua dan juga
dengan nonton film dan tidur. Kebiasaan membatu orang tua sangat baik dan patut
untuk kita jadikan sebagai kebiasaan, sedangkan nonton film dan tidur hendaknya
kita tidak boleh menjadikan sebagai kebiasaan rutin yang kita lakukan di waktu
luang karena cenderung akan menumbuhkan dalam diri kita sifat malas.
Sebagaimana yang telah dikemukakan dalam kerangka teori, salah satu
waktu yang didoakan keberkahan di dalamnya adalah waktu pagi. Maka kita
harusnya berusaha menggunakan waktu pagi dengan hal-hal yang bermanfaat, bukan
dengan aktifitas tidur. Dari form yang telah disebar, kebiasaan tidur lagi
setelah shalat shubuh adalah yang tertinggi jumlahnya. Padahal Rasulullah telah
mendoakan keberkahan untuk ummatnya di waktu pagi ini. Maka sudah seharusnya
kita menghindari kebiasaan tidur setelah shalat shubuh dan untuk kita mahasiswa
yang sukanya menghindari jadwal pagi hendaknya mengubah kebiasaan itu, tanamkan
dalam diri kita bahwa kuliah pagi adalah ikhtiar kita untuk mendapatkan
keberkahan dari yang didoakan Rasulullah.
Jika para pemuda Indonesia sekarang memiliki tingkat semangat produktifitas
yang tinggi maka akan mempengaruhi keadaan sejahteranya. Hal ini dikarenakan
bahwa sesuatu yang sudah biasa dilakukan akan terus berdampak dalam diri, jika
sesuatu yang biasa dilakukan itu ditinggalkan maka serasa ada yang kurang dalam
hidupnya. Begitulah pengaruh kebiasaan, maka untuk menuju Indonesia yang
sejahtera kita perlu menanamkan kebiasaan postif dan semangat produktifitas
kepada para pemuda bangsa ini.
Sebagaimana data yang diperoleh dari penyebaran form, kebiasaan baik
yang dilakukan oleh hampir semua mahasiswa jika uang sakunya tersisa maka
mereka menabungnya, hal ini suatu kebiasaan atau sikap yang positif karena
dengan menabung akan membantu persiapan untuk masa depan kita.
Dari data form tersebut juga diperoleh bahwa 87% dari mereka,
selain lulus dengan gelar sarjana juga berambisi untuk menjadi pebisnis dan
keinginan yang beragam untuk berkontribusi menuju Indonesia yang sejahtera, hal
ini menunjukkan bahwa sudah ada benih semangat dalam diri, tinggal bagaimana
realisasi untuk mewujudkannya. Sebuah niat yang baik tentunya tidak akan
berdampak baik jika hal yang kita niatkan itu tidak kita wujudkan, kita berniat
ingin menjadi orang kaya namun tanpa usaha, maka ini adalah suatu hal yang
mustahil untuk dapat terwujud.
BAB V
PENUTUP
Sejatinya
syariat Islam telah mengatur tentang etos kerja, Islam telah mengatur bagaimana
bekerja yang baik dan membatasi agar tidak masuk ke dalam ranah yang dilarang.
Bekerja bukan berarti melupakan hakikat ibadah untuk mencapai hasil di akhirat,
namun bekerja adalah juga termasuk ibadah yang dapat mengantarkan kita untuk
jauh lebih mudah dalam beribadah. Jika kita memiliki kecukupan harta maka akan
semakin mudah kita beramal, bersedekah, hidup bahagia dan lain-lain. Syariat
Islam telah mengatur bahwa dunia adalah bagian dari akhirat, dunia adalah
ladang bercocok tanam amal, dan hidup di dunia sejatinya butuh kesejahteraan.
Untuk
menuju Indonesia yang sejahtera dibutuhkan semangat kerja keras dan usaha dari
bangsa Idonesia itu sendiri. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan
menanamkan semangat muda produktif kepada para pemuda bangsa ini. Para pemuda
Indonesia harus ditekan untuk mengobarkan jiwa muda produktif mereka agar di
tangan merekalah nantinya tercipta berbagai lapangan pekerjaan dan pasar industri
atau ekonomi yang berpengaruh terhadap kesejahteraan Indonesia.
Jika
sedari dini semangat muda produktif ditanamkan dalam diri pemuda Indonesia,
maka tidak akan ada lagi yang namanya pemuda mager, tidak ada lagi
pengangguran, tidak ada lagi yang meminta-minta dan menggantungkan hidupnya
pada orang lain, semua berusaha untuk bangkit dan menciptakan lapangan
pekerjaan untuk dirinya sendiri atau bahkan orang lain. Maka kebiasaan positif
dan semangat perlu kita tanamkan sedini mungkin pada pemuda bangsa.
Dari
hasil form yang telah disebarkan mengindikasikan adanya semangat yang tinggi dalam
diri mahasiswa untuk ikut berkontribusi membangun Indonesia yang sejahtera,
namun usaha atau realisasi untuk mencapai hal itu masih minim, masih banyak
mahasiswa yang suka tidur lagi setelah shalat shubuh di awal waktu pagi, masih
banyak mahasiswa yang bergantung pada uang kiriman orang tua, dan hanya ada
beberapa yang sudah memiliki kegiatan sampingan yang menghasilkan uang. Hal ini
perlu menjadi tugas kita semua bagaimana mengimplementasikan semangat yang ada
dalam diri kita untuk direalisasikan secara nyata.
Dari
sisi penyusunan karya tulis ini, penulis memohon maaf apabila banyak kesalahan
dalam penyusunan dan penyajian antar sub bab, maka dari itu penulis memohon kritik
dan saran dari semua pihak agar kedepannya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Jumu%E2%80%99ah diakses Selasa
8 Oktober 2019 pukul 16:59
https://rumaysho.com/36-semangat-di-waktu-pagi-yang-penuh-berkah.html
diakses Minggu 6 Oktober 2019 pukul 17:19
https://tafsirweb.com/10910-surat-al-jumuah-ayat-10.html
Akses senin 7 oktober 2019 pukul 01:26
https://tafsirweb.com/7127-surat-al-qashash-ayat-77.html
(diakses pada Rabu, 3 Oktober 2019 pukul 22:56).
Muhammad Abduh Tuasikal. 2015. Keutamaan Orang Kaya.
https://rumaysho.com/10593-keutamaan-orang-kaya.html diakses Selasa 15 Oktober
2019 pukul 6:22
Rachmawati, A. F., Soeaidy, M. S.,
Adiono, R., Publik, J. A., Administrasi, F. I., & Brawijaya, U. (2013). Melalui
Pemberdayaan Industri Kecil Menengah ( Studi pada Dinas Perindustrian
Perdagangan dan Pasar Kabupaten Jombang dan Sentra Industri Kerajinan Cor
Kuningan Desa Mojotrisno Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang ) Kabupaten
Jombang and Sentra Industri . 3(7), 1255–1260.
Sari, M. E. P. (2018). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Kesejahteraan. 2(2), 1–16.
Shofaussamawati. (2014). Dakwah Al-Qur ’an
Terhadap Semangat Etos Kerja. An-Nida, 6(2), 137–146.
Widyastuti, A. (2012). Analisis Hubungan Antara
Produktivitas Pekerja Dan Tingkat Pendidikan Pekerja Terhadap Kesejahteraan
Keluarga Di Jawa Tengah Tahun 2009. Economics Development Analysis Journal,
1(2). https://doi.org/10.15294/edaj.v1i2.472
Yulian Purnama. 2012. Peringatan Keras Bagi Para Pedagang. https://muslim.or.id/8466-peringatan-keras-bagi-para-pedagang.html diakses 8 oktober 2019 pukul 19:44
[1]
https://tafsirweb.com/7127-surat-al-qashash-ayat-77.html (diakses
pada Rabu, 3 Oktober 2019 pukul 22:56).
[2]
https://id.wikipedia.org/wiki/Surah_Al-Jumu%E2%80%99ah diakses selasa 8 Oktober
2019 pukul 16:59
[4]
Rachmawati, A. F., Soeaidy, M. S., Adiono, R., Publik, J. A.,
Administrasi, F. I., & Brawijaya, U. (2013). Melalui Pemberdayaan
Industri Kecil Menengah ( Studi pada Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar
Kabupaten Jombang dan Sentra Industri Kerajinan Cor Kuningan Desa Mojotrisno
Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang ) Kabupaten Jombang and Sentra Industri .
3(7), 1255–1260.
[5]Yulian Purnama.
2012. Peringatan Keras Bagi Para Pedagang. https://muslim.or.id/8466-peringatan-keras-bagi-para-pedagang.html diakses 8
oktober 2019 pukul 19:44
[6] Ibid.
Yulian Purnama.
[7] Shofaussamawati. (2014). Dakwah Al-Qur ’ an Terhadap
Semangat Etos Kerja. An-Nida, 6(2), 137–146.
[8] Ibid, hal 142.
[9] https://rumaysho.com/36-semangat-di-waktu-pagi-yang-penuh-berkah.html
(diakses Minggu 6 Oktober 2019 pukul 17:19
[10] Ibid,
Rumaysho.com
[11]
Ibid,
Rumaysho.com
[12]Muhammad Abduh Tuasikal. 2015. Keutamaan Orang Kaya.
https://rumaysho.com/10593-keutamaan-orang-kaya.html diakses Selasa 15 Oktober
2019 pukul 6:22
[13] Ibid, Muhammad
Abduh Tuasikal.
Komentar
Posting Komentar