Macam-macam Problematika dan Praktik Bimbingan Konseling


Macam-macam Problematika dan Praktik Bimbingan Konseling
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling
Dosen Pengampu: Ahmad Nafi M.Pd.


Disusun oleh:
Kelompok IX

                                               Navitka Candra Tamara (23020170013)
                                               Ayu Nur Islami              (23020170047)
                                               Nur Imamah Farikhah    (23020180018)
          

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena dengan rahmat, karunia, taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah Bimbingan Konseling tentang “Macam-macam Problematika dan Praktik Bimbingan Konseling” dengan tepat waktu.
Makalah ini berisi tentang macam-macam problematika dan praktik bimbingan dan konseling. Makalah ini disusun secara padat dan rinci agar mudah dipahami. Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu penyusunan makalah ini, terlebih kepada dosen pengampu mata kuliah Bimbingan Konseling, bapak Ahmad Nafi, M.Pd.
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya masih terdapat banyak kekurangan, maka dari itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


Salatiga, 6 Mei 2019


                                                                                                                              Penyusun









DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………….i
Daftar Isi……………………………………………………………..ii
Bab I Pendahuluan
A.    Latar Belakang…………………………………………………...1
B.     Rumusan Masalah………………………………………………..1
C.     Tujuan Penulisan…………………………………………………1
Bab II Pembahasan
A.    Pengertian Problematika dalam Bimbingan Konseling …………2
B.     Macam-macam Problematika dalam Bimbingan Konseling di Tingkat Sekolah…………………………………………………………..2
C.     Pengertian Praktik Bimbingan Konseling ……………………...4
D.    Praktik-Praktik dalam Bimbingan Konseling….……….……….4
Bab III Penutup
A.    Kesimpulan……………………………………………………...8
B.     Saran……………………………………………………….……8
Daftar Pustaka………………………………………………………9









BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Manusia tidak terlepas dari masalah, kehidupan di dunia ini ibarat memerankan banyak lakon dan tidak hanya berhenti di satu titik keadaan atau perihal. Manusia pasti akan silih berganti memerankan lakon, mungkin dulunya digariskan untuk menjadi orang yang kaya namun kini jatuh menjadi orang yang biasa-biasa saja, begitu pun sebaliknya. Hal ini juga yang akan dialami oleh pendidik dalam suatu proses pembelajaran. Terkadang pendidik menemukan masalah-masalah yang melatarbelakangi semangat belajar peserta didik, sehingga akan sangat berpengaruh pada hasil pembelajaran.
Jika ada masalah tentunya juga ada solusi, setiap permasalahan pasti mempunyai jalan keluar, tergantung bagaimana cara kita untuk berusaha menemukan jalan keluar itu. Dalam dunia bimbingan dan konseling masalah-masalah atau problematika dapat di atasi dengan berbagai solusi dan usaha-usaha praktis yang dilakukan untuk menanganinya. Dalam makalah ini, penulis akan membahas bagaimana masalah itu terjadi dan apa saja usaha atau praktik yang dapat diterapkan.
B.       Rumusan Masalah
    Adapun latar belakang yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:
1.    Apa pengertian problematika bimbingan konseling?
2.    Apa saja problematika dalam bimbingan konseling?
3.    Apa pengertian praktik bimbingan konseling?
4.    Apa saja usaha atau praktik yang dapat diterapkan dalam proses bimbingan konseling?
C.      Tujuan Penulisan
    Adapun tujuan penulisan makalah ini sesuai dengan latar belakang di atas, antara lain:
1.    Untuk mengetahui pengertian problematika bimbingan konseling
2.    Untuk mengetahui berbagai problematika dalam bimbingan konseling
3.    Untuk mengetahui pengertian praktik bimbingan konseling
4.    Untuk mengetahui usaha atau praktik yang dapat diterapkan dalam  bimbingan konseling.


BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian Problematika Bimbingan dan Konseling
Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu "problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang menimbulkan permasalahan. Adapun bimbingan dan konseling  adalah proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor) kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menemukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Jadi, problematika bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai masalah yang dihadapi dalam proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu yang dibimbing.[1]
B.       Macam-macam Problematika Bimbingan Konseling di Tingkat Sekolah
Adapun macam-macam problematika bimbingan dan konseling  di tingkat sekolah, dibagi menjadi dua, yaitu:
1.    Problematika Internal
Problematika internal adalah masalah yang timbul dari dalam diri siswa atau faktor-faktor internal yang ditimbulkan ketidakberesan siswa dalam belajar. Faktor internal berasal dari dalam diri anak itu sendiri, seperti:
a.    Kesehatan
b.    Rasa aman
c.    Faktor kemampuan intelektual
d.   Faktor afektif seperti perasaan dan percaya diri
e.    Motivasi
f.     Kematangan untuk belajar
g.    Usia
h.    Jenis kelamin
i.      Latar belakang sosial
j.      Kebiasaan belajarnya dan kemampuan mengingat  
k.    Kemampuan penginderaan seperti: melihat, mendengar atau merasakan.[2]
Contoh dari masalah belajar internal dapat dilihat dari kasus berikut: Arin gadis cilik berusia 9 tahun. Akhir-akhir ini prestasinya sangat menurun. Hasil ulangannya selalu buruk kalau soal-soal ulangan ditulis di papan tulis. Namun ketika ujian sumatif, hasil ulangan Arin tidak begitu buruk. Soal-soal ulangan dicetak dan dibagikan kepada setiap murid. Namun demikian, peringkat Arin di kelas turun drastis, dari peringkat 5 menjadi peringkat 20. Dari kasus di atas dapat dilihat, masalah yang ditekankan adalah kemampuan indera untuk menangkap rangsangan. Arin tampaknya mempunyai kesulitan dalam penglihatan. Ini terbukti dari berbedanya hasil yang dicapai antara ulangan harian yang soalnya ditulis di papan tulis dengan ulangan sumatif yang soalnya dicetak dan dibagikan kepada setiap murid.
Dengan pemahaman di atas maka dapat dikemukakan bahwa masalah-masalah belajar internal dapat bersifat : biologis dan  psikologis. Masalah yang bersifat biologis artinya menyangkut masalah yang bersifat kejasmanian, seperti kesehatan, cacat badan, kurang makan dan sebagainya. Sementara hal yang bersifat psikologis adalah masalah yang bersifat psikis seperti perhatian, minat, IQ, dan gangguan psikis lainnya.
2.    Problematika Eksternal
Problematika eksternal adalah masalah-masalah yang timbul dari luar diri siswa atau faktor-faktor eksternal yang menyebabkan ketidakberesan siswa dalam belajar. Faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti:
a.    Kebersihan rumah
b.    Udara yang panas/dingin
c.    Ruang belajar yang tidak memenuhi syarat
d.   Alat-alat pelajaran yang tidak memadai
e.    Lingkungan sosial maupun lingkungan alamiah
f.     Kualitas proses belajar mengajar.
Contoh dari masalah belajar eksternal dapat dilihat dari kasus berikut: Talita seorang gadis cilik duduk di kelas III SD. Ia termasuk salah seorang dari sejumlah anak di kelasnya yang belum dapat membaca dengan lancar. Setiap pelajaran membaca, ia menjadi ketakutan karena setiap membuka mulut, ia ditertawakan oleh teman-temannya. Gurunya hanya membiarkan saja dan mengalihkan giliran kepada murid lain. Akibatnya, Talita selalu ketinggalan dari teman-temannya. Di rumah, Talita selalu dimarahi karena dalam membaca ia dikalahkan Doli adiknya yang duduk di kelas II. Pada kasus ini tampaknya lebih banyak menekankan pada pengaruh lingkungan, ketinggalan Talita dalam membaca tampaknya lebih banyak disebabkan oleh “rasa takut” dan tertekan yang ditimbulkan oleh sikap lingkungan yang tidak mendorong Talita untuk belajar.
C.      Pengertian Praktik Bimbingan Konseling
Menurut KBBI kata praktik berarti pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori.[3] Bimbingan konseling bukanlah ilmu teoritis semata-mata. Bimbingan konseling adalah ilmu yang dipraktikkan (applied science). Maka dapat disimpulkan praktik bimbingan konseling adalah usaha nyata yang dilaksanakan pada proses bimbingan dan konseling sebagai wujud dari pelaksanaan teori-teorinya.
D.      Praktik Bimbingan Konseling
Dalam usaha mengarahkan peserta didik pada lingkungan sekolah, upaya-upaya atau praktik yang bisa dikembangakan oleh pihak sekolah antara lain:
1.    Penyelenggaraan Kartu Pribadi
Kartu pribadi atau kadang-kadang disebut juga daftar pribadi merupakan suatu daftar yang memuat semua aspek dari keadaan anak. Dari namanya sudah jelas bahwa daftar itu memuat segala keterangan dari anak. Seperti telah tercantum dalam kata pribadi itu pula, maka daftar ini bersifat perseorangan (individual), sehingga masing-masing anak mempunyai daftar sendiri-sendiri.[4]
2.    Penyelenggaraan Kelompok Belajar
Penyelenggaraan kelompok belajar diharapkan bukan hanya untuk meningkatkan efektifitas kemampuan intelektual peserta didik, akan tetapi juga untuk meningkatkan rasa sosial terhadap sesama peserta didik. Jumlah tiap kelompok belajar biasanya antara tiga sampai lima peserta didik yang heterogen. Hal ini juga sebagai wujud dari tujuan pendidikan nasional yang menekankan pada attitude (sikap).[5] Dari belajar kelompok ini dapat dikembangkan sikap kerja sama, tanggung jawab, menerima kekurangan dan kelebihan teman, menghilangkan rasa egoism dan sifat-sifat lain yang mengarah pada rasa sosial.
3.    Penyelenggaraan Bimbingan Cara Belajar yang Efektif
Proses pembelajaran harus berpegang pada prinsip efektif dan efisiensi. Untuk menyelenggarakan proses pembelajaran yang efektif, maka dibutuhkan penyelenggaraan bimbingan. Banyak orang yang berpendapat bahwa rendahnya prestasi belajar anka di sekolah disebabkan oleh rendahnya intelegensi si anak. Pendapat tersebut tidaklah seluruhnya benar,. Rendahnya prestasi belajar dapat disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu faktor anak atau individu yang belajar, faktor lingkungan anak, serta faktor bahan atau materi yang dipelajari. Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan agar dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya.[6]
4.    Penyelenggaraan Kotak Masalah
Kotak masalah ini sering pula disebut kotak tanya. Dasar pikiran untuk menyelenggarakan kotak ini ialah untuk menampung masalah-masalah atau pertanyaan-pertanyaan yang dihadapi oleh anak-anak ataupun oleh anggota yang lain di dalam sekolah. Penyelenggaraan kotak masalah ini sebagai uasaha preventif dan korektif. Dengan sarana ini, apabila ada masalah atau persoalan maka akan dapat segera ditampung dan dapat segera dipecahkan.[7]
5.    Penyelenggaraan Persiapan Penjurusan
Penyelenggaraan usaha persiapan penjurusan ini khusus dutujukan untuk anak-anak SMA yang akan dijuruskan. Berhubung dengan hal itu suatu hal yang timbul ialah bagaimana usaha  yang dapat dijalankan untuk membantu mengadakan penjurusan bagi anak-anak agar sesuai dengan minat, bakat serta kemampuannya. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membagikan kuesioner (angket) untuk mengetahui bakat dan minta anak-anak.[8]
6.    Penyelenggaraan Papan Bimbingan dan Problem Check List
Penyelenggaraan papan bimbingan merupakan salah satu aspek kegiatan untuk merealisasikan bimbingan dan konseling di sekolah. Pada papan bimbinganlah anak-anak dapat melihat hal-hal yang perlu mereka ketahui yang ditempatkan di tempat yang strategis. Dalam papan itu dikemukakan peraturan-peraturan sekolah, bimbingan cara belajar yang baik, kelanjutan studi, dan lainnya. Sedangkan problem chek list merupakan chek list khusus mengenai masalah-masalah atau problem-problem. Problem-problem yang dialami anak-anak merupakan suatu hal yang penting untuk diketahui oleh guru atau pembimbing sebab persoalan atau problem ini dapat mengakibatkan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.[9]
7.    Penyelenggaraan Konseling
Untuk mengadakan konseling yang baik, seorang pembimbing atau guru pembimbing haruslah mengikuti suatu prosedur tertentu. Pada umumnya prosedur konseling adalah sebagai berikut:
a.    Fase persiapan, yaitu dengan cara mengumpulkan bahan-bahan (data), mengolah data, mengambil kesimpulan atas data yang ada (diagnosis), dan menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan pada saat konseling.
b.    Fase konseling (counseling in action), yaitu dilakukan dengan bermacam-macam teknik sesuai dengan klien/anak yang dihadapi.
c.    Fase follow up , yaitu langkah yang diambil oleh konselor atau pembimbing untuk mengikuti akibat proses konseling yang telah diberikan. Fase ini disebut juga sebagai fase tindak lanjut yaitu apabila langkah-langkah yang dilakukan pada saat fase konseling dirasa berhasil maka akan diteruskan, jika tidak maka akan diambil langkah baru untuk meyelesaikan masalah yang dihadapi.[10]
8.    Penyelenggaraan Bimbingan Karir
Bimbingan karir merupakan salah satu aspek yang penting untuk dijalankan. Dengan adanya bimbingan karir, diharapkan siswa (khusus yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi) dapat mengetahui potensi yang ia miliki akan diarahkan pada karir yang sesuai. Bimbingan karir hanya merupakan salah satu aspek atau bagian saja dari bimbingan keseluruhan dan bertujuan sebagai berikut:
a.    Dapat memahami dan menilai dirinya sendiri, terutama berkaitan dengan potensi yang ada dalam dirinya;
b.    Menyadari dan memahami nilai-nilai yang ada dalam dirinya dan yang ada dalam masyarakat;
c.    Mengetahui berbagai jenis pekerjaan yang berhubungan dengan potensi yang ada dalam dirinya;
d.   Menemukan hambatan-hambatan yang mungkin timbul yang disebabkan oleh dirinya sendiri dan faktor lingkungan serta mencari jalan keluar untuk dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut;
e.    Siswa dapat merencanakan masa depannya serta menemukan karir dan kehidupan yang sesuai.[11]
9.    Ceramah Kepada Orang Tua Murid
Pendidikan akan berlangsung dengan baik bilamana ada hubungan yang baik antara sekolah dengan keluarga. Pendidikan di dalam keluarga haruslah searah dengan pendidikan di sekolah. Oleh karena itu sekolah pada waktu-waktu tertentu perlu mengadakan pertemuan dengan orang tua murid. Pertemuan-pertemuan itu sebaiknya diisi dengan ceramah. Ceramah pada dasarnya bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada orang tua murid demi kebaikan anak-anaknya.[12]







BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Problematika bimbingan dan konseling dapat diartikan sebagai masalah yang dihadapi dalam proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing kepada individu yang dibimbing. Adapun macam-macam problematika bimbingan dan konseling  di tingkat sekolah, dibagi menjadi dua, yaitu problematika internal (yang berasal dari dalam diri siswa) dan eksternal (yang berasal dari luar diri siswa). Problematika internal meliputi: kesehatan, rasa aman, faktor kemampuan intelektual, faktor afektif seperti perasaan dan percaya diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis kelamin, latar belakang sosial, kebiasaan belajarnya dan kemampuan mengingat  serta kemampuan penginderaan. Sedangkan problematika eksternal meliputi: kebersihan rumah, udara yang panas/dingin, ruang belajar yang tidak memenuhi syarat, alat-alat pelajaran yang tidak memadai, lingkungan sosial maupun lingkungan alamiah, kualitas proses belajar mengajar.
Dalam usaha mengarahkan peserta didik pada lingkungan sekolah, upaya-upaya atau praktik yang bisa dikembangakan oleh pihak sekolah antara lain: penyelenggaran kartu pribadi, penyelenggaraan kelompok belajar, penyelenggaraan bimbingan cara belajar yang efektif, penyelengaraan kotak masalah, penyelenggaraan persiapan penjurusan, penyelenggaraan papan bimbingan dan problem chek list, penyelenggaraan konseling, penyelenggaraan bimbingan karir, serta ceramah kepada orang tua murid.
B.     Saran
Diharapkan dengan adanya makalah ini, kita lebih mengetahui tentang berbagai macam problematika dan praktik dalam bimbingan dan konseling, sehingga sebagai calon guru yang nantinya akan menghadapi banyak karakteristik peserta didik dapat menyelesaikan problematika yang dihadapi peserta didik denga sesuai dan tepat sasaran. Apabila dalam makalah ini terdapat kekurangan kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA
https://kbbi.web.id/praktik
Reny Soleha. 2017. Problematika Bimbingan dan Konseling.  diakses di https://renysoleha96.blogspot.com
Tohirin. 2007. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Walgito, Bimo. 2004. Bimbingan Dan Konseling. Yogyakarta: Andi Offset






[1] Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah, (Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2007)  hlm. 57

[2]Reny Soleha. 2017. Problematika Bimbingan dan Konseling.  diakses di https://renysoleha96.blogspot.com pada minggu, 5 April 2019 pukul 19:11


[3] https://kbbi.web.id/praktik diakses Rabu 8 Mei 2019 pukul 10:15
[4] Bimo Walgito. Bimbingan Dan Konseling. (Yogyakarta: Andi Offset, 2004). hlm.103
[5] Ibid, hlm.127
[6] Ibid, hlm.150-151
[7] Ibid, hlm. 165
[8] Ibid, hlm. 171-172
[9] Ibid, hlm. 184
[10] Ibid, hlm. 187-188
[11]  Ibid, hlm. 194-196
[12] Ibid, hlm. 191

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Makalah Mahabbah

Makalah Ilmu Dilalah Wal Ma'ajim