Essay Hari Hutan Sedunia
BUMI PERTIWIKU TAK SEHIJAU DULU
A. Identifikasi
Masalah
Bumi adalah tempat manusia
menjalankan kehidupannya sebagai makhluk mulia yang oleh Allah diistimewakan
dan dimuliakan dibanding dengan makhluk lainnya. Allah menjadikan manusia
sebagai khalifah atau penguasa di muka bumi, hal ini berarti di tangan
manusialah bumi terkendali, di tangan manusialah bumi dikelola, dan di tangan
manusia pula bumi akan menjadi tempat yang nikmat untuk ditinggali atau bahkan
sebaliknya, menjadi petaka bagi kehidupan manusia di bumi.
Sejalan dengan hal di atas, Allah
tidak serta merta menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi tanpa
memberi petunjuk bagaimana cara mengelolanya, akan tetapi Allah telah
menjelaskan secara lengkap dan mendetail melalui Al-Qur’an dan Sunnah. Dengan
adanya petunjuk ini, hendaknya manusia menjadikannya sebagai acuan atau
petunjuk dalam mengarungi kehidupan di dunia, karena hidup bukan hanya tentang
tanggungjawab terhadap pencipta akan tetapi juga bagaimana sikap kita dalam
memperlakukan lingkungan alam atau dalam istilah yang sering kita kenal di
sebut dengan hablun minallah dan hablun minannas.
Indonesia
adalah salah satu Negara dengan jumlah lahan hutan terluas di dunia. Dengan
luas hutan mencapai 884.950 km2, Indonesia berada
diurutan ke-9 negara dengan hutan terluas di dunia. Menemani rekan satu benua
yaitu China yang berada di peringkat ke-5. Adapun peringkat pertama dipegang
oleh Rusia dengan luas hutan mencapai 7.762.602 km2.[1] Bahkan
Indonesia dinobatkan sebagai Negara paru-paru dunia dengan hutan hujan
tropisnya. Indonesia memiliki hutan tropis terluas ketiga di dunia. Dengan luas
hutan yang tersebar di berbagai pulau besar dan kecil, hutan tropis Indonesia
diprediksi mampu mensuplai cukup besar kebutuhan oksigen dunia dan berperan
dalam pencegahan pemanasan global dengan menyerap karbondioksida dari atmosfir. [2]
Hutan tropis
Indonesia juga merupakan salah satu hutan yang paling menentukan untuk
kehidupan berbagai makhluk hidup di muka bumi. Kondisi hujan dan sinar matahari
yang melimpah setiap saat, menciptakan habitat yang sangat ideal bagi tumbuhnya
berbagai flora dan fauna. Sejumlah tumbuhan dan binatang dengan keanekaragaman
jenis yang tinggi telah berkembang lama dalam sejarah perkembangan hutan hujan
tropis. Telah dijumpai sebanyak 28.000 jenis tumbuhan, 350.000 jenis binatang
dan 10.000 mikroba yang hidup secara alami di Indonesia. Jumlah ini, bisa saja
terus bertambah setelah dilakukan penelitian oleh para ahli flora dan fauna.
Oleh karena itu, Indonesia terkenal sebagai salah satu negara yang mempunyai Megadiversity
jenis hayati dan merupakan Megacenter keanekaragaman hayati dunia.[3]
Maka dari itu salah satu upaya kita
dalam menjaga lingkungan alam adalah dengan cara merawat dan mengelola hutan
dengan sebaik mungkin. Hutan dengan segala manfaatnya dapat memberikan pengaruh
besar bagi kehidupan manusia, di antaranya hutan sebagai sumber penetral udara,
sebagai penyerap hujan, sebagai sumber pangan, dan sebagai tempat tinggalnya
berbagai flora dan fauna. Maka dari itu dengan fitrah khalifah yang Allah
berikan kepada kita, hendaknya kita mampu mengelola bumi kita tercinta ini
dengan baik.
B. Analisis
Masalah
Badan Pusat Statistik (BPS)
mencatat pada tahun 2016, luas hutan Indonesia mencapai sekitar 89.136,4 ribu
hektare atau sekitar 46,65% dari luas daratan di Indonesia. Hutan-hutan di
Indonesia ini memiliki berbagai fungsi, antara lain untuk tempat tinggal,
produksi kayu, perekonomian, dan wisata. Terkait fungsi hutan sebagai tempat
tinggal, laporan BPS pada tahun 2014 menyebutkan ada 2.037 desa di dalam hutan
Indonesia dan 19.247 desa di sekitar hutan Indonesia.[4] Adapun
terkait fungsinya untuk produksi kayu, BPS mencatat volume produksi kayu lapis
Indonesia terus meningkat setiap tahunnya dengan rata-rata pertumbuhan hampir
mencapai 7 persen per tahun selama lima tahun terakhir. Terkait fungsi hutan
dalam hal perekonomian, laporan BPS pada tahun 2016 menyebut nilai produk
domestik bruto (PDB) kehutanan dan penebangan kayu di Indonesia adalah sekitar
Rp 85 triliun. Sementara terkait fungsi hutan sebagai objek wisata, laporan BPS
pada tahun 2015 menyebut sebanyak 0,17 persen rumah tangga sekitar kawasan
hutan Indonesia memanfaatkan hutan wisata sebagai sumber mata pencaharian
mereka.[5]
Berdasarkan data dari Global Forest
Watch yang dikutip oleh World Recourses Institute, dalam kurun waktu antara
tahun 2000 hingga 2015, sebanyak 55 persen penggundulan hutan di Indonesia
terjadi di wilayah konsesi hukum untuk perkebunan kelapa sawit, pemasangan
serat optik, pertambangan serta penebangan selektif. Deforestasi untuk
pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit menjadi penyebab paling besar dalam
deforestasi di wilayah konsesi hukum ini. Hasil studi yang dibuat oleh para
peneliti dari Duke University, Amerika Serikat, dan International Institute
for Applied Systems Analysis, Austria itu menyebut keberadaan perkebunan
kelapa sawit sangatlah berkaitan erat dengan deforestasi di Indonesia. Studi
tersebut dilakukan dengan mendata dan membuat peta wilayah perkebunan kelapa
sawit di Indonesia pada tahun 1995, 2000, 2005, 2010 dan 2015. Dari situ para
peneliti menemukan fakta bahwa ekspansi perkebunan kelapa sawit di Indonesia
terjadi pada tingkat rata-rata 450.000 hektare per tahunnya. Ekspansi pembukaan
lahan untuk perkebunan kelapa sawit ini menyebabkan terjadinya deforestasi
rata-rata 117.000 hektare setiap tahunnya dalam kurun waktu antara tahun 1995
hingga 2015 tersebut. Jadi, jika ditotal, Indonesia telah kehilangan hutan
seluas 2.340.000 hektare akibat pembukaan perkebunan kelapa sawit dalam kurun
waktu antara tahun 1995 hingga 2015 itu.[6]
Salah satu Negara yang menjadi
sumber ekspor kelapa sawit Indonesia adalah Uni Eropa. Uni Eropa adalah pasar ekspor minyak sawit terbesar kedua, dan
impor Uni Eropa telah meningkat secara signifikan pada tahun 2017, sebesar 28%.
Walau sebelumnya terjadi pertimbangan tentang dampak deforestasi, akan tetapi
Uni Eropa akhirnya membolehkan impor kelapa sawit untuk keperluan biofuel
hingga tahun 2030.[7]
Biofuel menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa meningkatkan kadar
karbon di atmosfer karena berbagai tanaman yang digunakan untuk memproduksi
biofuel mengurangi kadar karbondioksida di atmosfer.[8]
Indonesia bagaikan lilin, ia mampu memberi penerangan dan keselamatan bagi
Negara lain akan tetapi tidak sadar dirinya harus terbakar dan menjadi musnah.
Deforestasi atau penggundulan hutan
adalah salah satu bentuk pengrusakan alam, pembukaan lahan dengan cara menebang
pohon tanpa melakukan reboisasi atau penanaman kembali adalah hal yang tidak
baik dan termasuk perbuatan fasad atau merusak menurut kacamata islam,
hal ini dijelaskan dalam surah Al-A’raf/7 ayat 56:
وَلَا
تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا ۚ
إِنَّ رَحْمَتَ اللَّهِ قَرِيبٌ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya
dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan).
Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”
Perusakan alam menyebabkan
terjadinya berbagai bencana alam, penggundulan hutan tanpa adanya reboisasi
akan menyebabkan penetralisir udara menjadi berkurang dan jika hujan deras akan
menyebabkan banjir. Namun, kebanyakan manusia tidak memikirkan dampak
panjangnya, manusia kebanyakan hanya mementingkan pemenuhan kepuasan nafsu dan
perut-perut mereka hingga jika terjadi bencana alam manusia seakan tidak sadar
diri, padahal Allah telah menjelaskan hal itu dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum/30
ayat 41:
ظَهَرَ
الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
لِيُذِيقَهُم بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُون
“Telah nampak kerusakan
di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka
kembali (ke jalan yang benar).”
Bencana alam yang terjadi seperti banjir, tanah longsor, pemanasan global,
dan bencana-bencana lain yang erat kaitannya dengan alam merupakan teguran dari
Allah untuk manusia, agar kita kembali dan memulai perubahan baru untuk menjaga
dan melestarikan lingkungan alam.
C. Kesimpulan
Hutan
adalah salah satu anugerah terbesar yang Allah karuniakan untuk kehidupan
manusia. Maka dari itu, sebagai makhluk yang
diberi amanah untuk menjadi khalifah di muka bumi, hendakanya kita berusaha
untuk menjaga dan mengelola hutan dan alam. Keberlangsungan alam tergantung di
tangan manusia, apabila pengelolaannya baik maka akan memberi dampak yang baik
pula pada manusia, begitu juga sebaliknya. Keberlangsungan hidup bukan hanya
dilihat dari sisi ekonomial, Indonesia harusnya bisa mengelola hutan dengan
baik, bukan hanya dari sisi ekonomi akan tetapi juga dari sisi keberlangsungan
alam. Kita seakan rindu pada hijaunya bumi Indonesia, kita rindu pujian dunia
pada hutan dan fauna Indonesia, bahkan kita juga ingin terus menjadi paru-paru
dunia, namun kita tidak sadar apa yang kita lakukan justru jauh dari itu.
Kenyataan tidak akan bisa diperoleh jika hanya dengan berangan tanpa tindakan
dan kesadaran diri. Bersama mari kita hijaukan kembali bumi pertiwi ini.
DAFTAR PUSTAKA
Christine
Natalia, Ester. 2018. CPO RI Selamat! Eropa Pakai Biofuel Sawit Hingga 2030.
https://www.cnbcindonesia.com/news/19487/cpo-ri-selamat-eropa-pakai-biofuel-sawit-hingga-2030
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar_hayati
https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/hutan-terluas-di-dunia
https://kumparan.com/@kumparansains/
Noer. 2012. Bagaimana
Peranan Hutan Tropis Indonesia?
https://noerdblog.wordpress.com/2012/01/22/bagaimana-peranan-hutan-tropis-indonesia/
[1] https://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/hutan/hutan-terluas-di-dunia
diakses pada 10 Maret 2019 pukul 17:30
[2]Noer. 2012. Bagaimana
Peranan Hutan Tropis Indonesia? Diakses https://noerdblog.wordpress.com/2012/01/22/bagaimana-peranan-hutan-tropis-indonesia/
pada 10 Maret 2019
[3] Ibid,
[4] https://kumparan.com/@kumparansains/
diakses pada 10 Maret 2019 pukul 13:22
[5] Ibid,
[6] Op.Cit,
[7] Ester Christine Natalia. 2018. CPO
RI Selamat! Eropa Pakai Biofuel Sawit Hingga 2030. Diakses di https://www.cnbcindonesia.com/news/20180618151113-4-19487/cpo-ri-selamat-eropa-pakai-biofuel-sawit-hingga-2030
pada 10 Maret 2019 pukul 21:06
[8]
https://id.wikipedia.org/wiki/Bahan_bakar_hayati diakses 10 Maret 2019 pukul
21:15
Komentar
Posting Komentar